BUDIDAYA TANAMAN TEH


Tanaman Teh







Salam Sejahtera...
Tahukan Tanaman Teh ? Pasti Tahulah hehe...

Teh merupakan salah satu tanaman industri yang sangat penting. Dari tanaman ini diambil daunnya yang masih muda. Kemudian diolah dan digunakan untuk bahan minuman yang lezat. Disamping itu, teh juga diekspor dan menghasilkan devisa untuk negara. Kebutuhan akan teh di dalam dan di luar negeri terus meningkat. Karena itu, diusahakan penanaman teh diperluas dan diperbaiki.
            Sesudah abad ke-18, teh  dikenal di seluruh dunia. Mula-mula hanya di daratan China dan India. Pada abad ke-9 teh mulai ditanam di Jepang. Orang Eropa mengenal teh di abad ke-16. Teh mempunyai 2 varietas, yakni: varietas Sinensis dan varietas Assamica. Teh assamica-lah yang paling banyak ditanam di Indonesia.
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban manusia. Penanaman botani tanaman ini memiliki sejarah sendiri.

            Dalam buku Species Plantarum, menamakan tanaman ini sebagai Thea sinensis. Kemudian, selama bertahun-tahun, diperkenalkan dua nama ilmiah oleh para ahli botani, yaitu Camellia thea di India dan Sri Lanka dan Cohen Stuart dari Indonesia menggunakan nama Camellia theiufera. Tetapi sekarang terdapat ke-seragaman nama ilmiah untuk tanaman ini yaitu Camellia sinensis (L) yang di-perkenalkan oleh O. Kuntze (Eden, 1956). Tanaman teh termasuk marga (genus) Camelia dari famili Theaceae.

Nah Sekarang Bagaimana Cara Membudidayanya ?
Budidaya Teh

Syarat tumbuh tanaman teh
Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25o C.Kelembaban kurang dari 70%. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30o C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat.
Pada ketinggian 400 – 800 m kebun-kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah.
Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit.
Untuk media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan Latosol.
Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol, dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl, dataran sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl.
Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh. Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl.
Tanah
Factor tanah dalam pertumbuhan tanaman teh sama halnya dengan tanaman lain, yaitu sesuatu yang sangat penting, karena itu sifat tanah harus yang subur, gembur, dapat meresap air sampai dalam, dan sirkulasi air lancar.
Untuk mendapatkan media tanam seperti itu kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Mengadakan terasering pada tanah yang cukup curam.
  2. Pada tanah yang tidak terlalu curam bisa ditanam jenis-jinis pupuk hijau berderet rapat menurut tranche diantara deretan tanaman poko.
  3. Membuat rorak-rorak dengan maksud supaya air yang mengalir di permukaan tanah dapat ditampung dan untuk selanjutnya melalui rorak itu masuk ke dalam tanah. Dengan demikian maka air yang mengalir di dalam tanah tak akan mengakibatkan erosi.
  4. Kemudian penanaman pohon jenis leguminosa yang berbentuk pohon dapat pula memperbaiki phisik dari tanah. Karena pohon ini perakarannya dapat menembus kedalam tanah sampai jauh.
PEMBIBITAN

           Untuk mendapatkan bibit teh yang baik, kita bisa mendapatkannya dari perkebunan-perkebunan pemerintah ataupun dari  para petani teh. Tetapi bisa juga kita bibitkan sendiri dengan cara membiarkan tanaman yeh hidup dengan rimbun tanpa dipoyong, nantinya akan mengeluarkan biji yang bisa kitaambil untuk pembibitan.

            Biji-biji teh harus disortir sebelum dijadikan bibit, biasanya biji yang jelek seperti biji bekas diserang kepik biji dengan ciri permukaan biji berbintik-bintik dengan warna coklat muda, dan keadaan biji yang telah lapuk atau busuk karena diserang jamur atau karena bekas luka-luka.
Biji yang baik ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:
a.       Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap.
b.      Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.
c.       Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan kedalam air akan tenggelam.
d.      Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.
e.       Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.
Pemeliharaan bibit terdiri atas:
1.      Penyiraman
2.      Penyulaman
3.      Penyiangan
4.      Pemupukan
5.      Pengendalian hama dan penyakit
6.      Pengaturan naungan

lokasi untuk pembibitan, diantaranya:
1.      Lokasi terbuka, drainase tanah baik dan tidak becek.
2.      Dekat dengan sumber air, untuk keperluan penyiraman.
3.      Dekat dengan sumber tanah, untuk mengisi polibag.
4.      Lebih baik bila lahan melandai kearah timur, agar mendapat sinar matahari pagi.
5.      Dekat dengan jalan agar memudahkan dalam pengawasan dan peng-angkutan ke lokasi yang akan ditanami.
 Media tanah untuk setek terdiri dari tanah lapisan atas (topsoil) dan lapisan bawah (subsoil). Syarat-syarat subsoil yang baik adalah mengandung liat yang relatif tinggi sehingga dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kan-dungan pasir tidak boleh lebih dari 30%, dan bahan organik maksimal 10%. Serta pH ta-nah 4,5 – 5,6.
Mengingat pentingnya penggunaan media yang steril untuk persemaian guna untuk membantu terciptanya bibit yang sehat dan layak untuk dikem-bangkan. Karena suatu kondisi media persemaian merupakan salah satu faktor dalam menentukan keberberhasilan ataupun kegagalan bibit yang dihasilkan.
            Tanah disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan penyimpanan, dan tanah harus tetap dalam keadaan lembab. Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan kawat yang berdiameter ± 1 cm. sebelum media tanah di-masukkan kedalam kantong plastik, terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk, fungisida dan tawas.
Adapun pengambilan ranting stek atau stekres mulai dapat diambil 4 bulan setelah pemangkasan. Tanda bahwa setekres matang ialah apabila pangkal stekres sepanjang ± 10 cm sudah menunjukkan warna coklat. ranting dipotong dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar daun dengan ruas sepanjang0.5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku.
Setek ditampung dalam satu tempat yang berisi air bersih. Stek tidak boleh direndam lebih dari 30 menit. Dari satu ranting stek hanya digunakan bagian tengahnya saja dan rata-rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk dijadikan bibit.
Langkah-langkah penanaman setek sebagai berikut:
1.      Siapkan polibag berukuran 12cm x 25cm yang sudah berlubang agar memudahkan untuk membuang kelebihan air.
2.      Isi kantong plastik dengan media tanah yang sudah dibuat lebih awal dan telah matang. 1/3 bagian diisi dengan tanah bawah dan 2/3 bagian diisi dengan tanah bagian atas.
3.      Ambil setek teh yang sudah dipersiapkan dan memenuhi syarat selanjutnya ditanam dalam polibag tersebut (Chasandoerjat, 1969).

PENANAMAN

Cara penanaman
a.       Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang, dengan leher akar tepat dipermukaan tanah. Selanjutnya lubang tanam ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak boleh miring dan tanah di sekitar lubang tanam diratakan.
b.      Menanam bibit asal stek
Mula-mula kantong plastik disobek pada bagian bawah dan sampingnya untuk memudahkan melepaskan bibit dari plastik. Ujung kantong plastik bagian bawah yang telah sobek ditarik keatas sehingga bagian bawah kantong  plastik  terbuka . selanjutnya bibit dipegang dengan tangan kiri, disanggga dengan belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang, sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan menggunakan kored.
Adapun untuk penanaman pohon pelindung atau pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Untuk dataran rendah dan sedang, pohon pelindung sangat diperlukan oleh tanaman teh agar pertumbuhannya baik. Jenis – jenis pohon pelindung, yaitu :
1.      Pohon pelindung sementara
Pohon pelindung sementara adalah pupuk hijau seperti Theprosia  sp.  atau Crotalaria  sp. Penanaman pohon pelindung sementara dilakukan setelah penanaman teh selesai. Kebutuhan benih pupuk hijau tersebut adalah 10 kg-12 kg/ha.
2.      Pohon pelindung tetap
Penanaman pohon pelindung tetap diutamakan untuk daerah dengan ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Penggunaan pohon pelindung tetap bukan jenis Leguminoceae, ini tidak dianjurkan. Jenis pelindung yang akan ditanam harus dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai pelindung, yaitu memilki mahkota yang baik, perakarannya dalam dan kuat, dan resistensinya terhadap serangan hama atau penyakit baik.
Agar pohon pelindung tetap berfungsi baik pada tanaman teh, pohon pelindung harus sudah dapat melindungi tanaman teh pada saat tanaman teh berumur 2-3 tahun. Untuk itu, pohon pelindung sebaiknya ditanam satu tahun sebelum dilakukan penanaman teh.

 PEMELIHARAAN

1.        Pemeliharaan dan pemangkasan
            Tanaman teh yang belum menghasilkan mendapat naungan sementara dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria sp. atau Theprosia sp. Namun sementara ini biasa ditanam selang dua baris dari tanaman teh, dan pada umur sekitar enam bulan tingginya telah mencapai lebih dari satu meter. Agar tanaman pupuk hijau ini tidak mengganggu pertumbuhan tanaman teh, perlu dilakukan pemangkasan.
Pemangkasan dilakukan pada tinggi 50 cm dan sisa pangkasan dihamparkan sebagai mulsa disekitar tanaman. Pemangkasan tanaman pupuk hijau dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu pada waktu musim hujan. Jangan melakukan pemangkasan pada musim kemarau karena pada saat itu tanaman teh muda membutuhkan naungan.
2.        Pengendalian gulma
Pengendalian gulma di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin yang sangat penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali, akan merugikan tanaman teh karena terjadinya persaingan di dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis-jenis gulma tertentu diduga pula mengeluarkan senyawa racun (allelopati) yang membahayakan tanaman teh.
            Gulma akan menimbulkan masalah besar terutama pada areal tanaman teh muda atau pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini sebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga perkecambahan maupun laju per-tumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat. Pengendalian gulma pada pertanaman teh bertujuan untuk menekan serendah mungkin kerugian yang ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh laju pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal.
3.       Pengendalian Hama dan Penyakit
            Produksi dan kualitas tanaman teh dipengaruhi oleh adanya tidaknya gangguan yang disebabkan oleh penyakit tanaman. Penyakit yang sering menyerang tanaman teh dan cara pengendaliannya sebagai berikut :
Penyakit Cacar Teh (Blister blight)
Gejala yang nampak, daun teh yang terserang terlihat bercak berwarna putih campur hijau. Bercak terlihat seperti benjolan kecil, terlihat berwarna hitam dan kadang berlubang. Tanaman yang terserang daunnya mengering dan akhirnya mati.
Cara pengendalian sebagai berikut :
1.       Mengurangi pohon pelindung atau mengganti pohon pelindung yang besar dengan pohon pelindung yang kecil
2.       Mengatur periode pemangkasan
3.       Pemetikan dilakukan dengan daur yang pendek (kurang dari 9 hari)
Penyakit cacar juga dapat disebabkan oleh jamur  Exobasidium vexans Massae berasal dari Assam, India. Untuk pertama kalinya penyakit ini ditemukan di Indonesia pada tahun 1949. 
Penyakit Cendawan Akar Merah Bata (Poria hypolatertia)
Gejala yang nampak, pada permukaan akar terdapat benang-benang berwarna putih. Benang ini selanjutnya mengeras dan liat, warnanya menjadi merah sampai merah tua. Pada serangan yang sudah lanjut benang ini dapat mengikat butir-butir pasir dan tanah sehingga terlihat seperti kerak-kerak yang menjalar diatas tanah. Bila serangan sudah parah, tanaman akan mati dan benang tersebut berubah warnanya menjadi hitam. 
Cara pengendalian :
1.       Membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang terserang, termasuk pohon pelindung yang terseang sampai ke akar-akarnya.
Penyakit Leher Akar (Ustulina máxima
Gejala yang nampak, leher akar terjadi infeksi dan bagian bawahnya terdapat noda-noda hitam. Diantara kayu dan kulit terlihat benang-benang yang khas berbentuk seperti kipas berwarna putih. Kayu menjadi kering dan terasa lembek serta ada garis-garis hitam.
Cara pengendalian :
1.       Bila penyakit baru menyerang, kulit dan kayu yang terserang dipotong dan ditutup dengan obat penutup luka. Bila penyakit sudah parah, tanaman dibongkar dan dibakar.
Penyakit akar hitam
Cara pengendalian :
1.       Membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang terserang, termasuk pohon pelindung yang terseang sampai ke akar-akarnya serta membersihkan sampah-sampah yang ada pada tempat yang diserang kemudian dibakar. 
Penyakit Busuk Daun 
Penyakit busuk daun biasanya menyerang pada bibit tanaman melalui stek. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan Fungisida Benomyl dengan konsentrasi 0,2% yang disemprotkan kedalam tanah persemaian setelah stek ditanam. Cara lain adalah dengan melakukan mencelupkan stek yang akan ditanam kedalam larutan Fungisida Carbamat dengan konsenrasi 0,2% formulasi. 


PEMETIKAN

            Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu  55 hari sekali. Disamping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan.
Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p.
2.      Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis dengan huruf b.
3.      Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel licin. Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf k.
4.      Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.
5.      Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
6.      Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
7.      Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.

PASCAPANEN

Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan enzim-enzim.
Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18 jam disebuah tempat berbentuk persegi panjang bernama withered trough. Setiap 4 jam daun dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1 sampai 1,5 ton daun teh. Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.
Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukan kedalam gentong dan diangkut menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel daun-daun dimasukan ke mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50 menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ketempat untuk mengayak. Proses untuk mengayak ini terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan badag.
Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke ruangan berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu 100o C. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang lebih enak.
Usai dikeringkan, daun dibawa ke ruangan sortasi,. Ada 3 jenis pekerjaan yang dilakukan diruangan sortasi. pertama, memisahkan daun teh yang berwarna hitam dan yang berwarna merah dengan menggunakan alat yang disebut Vibro. Kedua, memisahkan ukuran besar dan ukuran kecil. Setelah semua proses selesai dikerjakan maka teh harus diperiksa dahulu (quality control). Bila daun tersebut memenuhi standar maka akan dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik berukuran besar). Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor maka  daun teh yang siap dipasarkan tersebut akan dikemas kedalam papersack.

Selamat mencoba dan bermanfaat bagi kita semua !!

Comments